Ekonomi Kerakyatan

Ekonomi Kerakyatan
Dani Soenarso

Senin, 24 Februari 2014

Gerindra Prihatin Apel Malang Kalah Bersaing Dengan Apel Impor


Sekretaris Jenderal Asosiasi Hortikultura Nasional (AHN) Ramdansyah mengatakan  bahwa keberadaan apel Malang mulai tersingkir akibat membanjirnya apel impor asal China. Akibat berlimpahnya apel impor, maka harga apel lokal menjadi terpuruk. Ada harga apel yang kemudian jatuh menjadi Rp 2.500 per kg di tingkat eceran.

Menurut Ramdansyah, perlindungan pemerintah tidak dirasakan oleh para petani. Ada sejumlah persoalan petani Malang di sana. Sekitar 60% sampai dengan 70% lahan pertanian apel di sana sudah beralih fungsi. Lahan perkebunan apel ada yang beralih menjadi hotel, tempat hiburan, dibiarkan terlantar atau beralih menjadi perkebunan tebu.

Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Prof. Dr. Suhardi mengatakan bahwa Gerindra sangat prihatin atas tersingkirnya keberadaan apel Malang akibat dominasi apel impor. “Sungguh ironis jika apel Malang yang terkenal hingga seluruh negeri justru gagal menjadi tuan rumah di negeri sendiri karena serbuan apel impor.”

“Ini sudah keterlaluan, pemerintah seperti tidak punya kebijakan untuk melindungi petani lokal. Pada kenyataannya hampir semua produk pangan kita impor dari luar. Padahal negara ini kaya dengan sumber pangan termasuk diantaranya apel Malang yang seharusnya menjadi ikon buah nasional. Sudah saatnya kebijakan pemerintah lebih berpihak kepada petani lokal. ”  

Menurut Prof. Suhardi, petani lokal adalah ujung tombak dalam upaya mewujudkan kedaulatan pangan nasional. “Gerindra sangat peduli pada masalah kedaulatan pangan nasional seperti yang tercantum dalam 6 Program Aksi Transformasi Bangsa Partai Gerindra.  Apabila kami diberikan kepercayaan oleh rakyat untuk memimpin negeri ini, kedaulatan pangan akan akan terjamin. Tak perlu lagi negara ini mengimpor dari negara lain.” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar